Kenapa Orang Takut dengan Badut?
Selama ini, badut identik dengan karakter berwajah gembira. Badut didesain selucu mungkin, ditandai dengan hidung berwarna merah, rambut berwarna-warni, pantat besar, dan wajah yang dilukis gembira adalah detail yang dipakai untuk menegaskan kesan lucu seorang badut. Karena wajah gembira dan pernak-pernik berwarna-warni yang dikenakannya, badut pun kerap dipakai untuk memeriahkan suatu acara.
Namun, badut tidak selamanya terasosiasi dengan hal yang menggembirakan. Sebagian orang, tidak hanya anak kecil, memiliki rasa takut terhadap badut. Rasa takut yang berlebihan terhadap badut bahkan digolongkan sebagai fobia bernama caulrophobia.
Sisi lain dari badut kemudian seperti dimanfaatkan oleh banyak pelaku kejahatan. Ini dimulai pada 1 Agustus 2016 di Green Bay, Wisconsin, Amerika Serikat. Seorang saksi melihat seorang badut yang berjalan dengan balon hitam pada hari itu. Pada akhir bulan yang sama di Greenville, South Carolina, badut berusaha mengajak beberapa anak masuk ke dalam hutan. Empat hari kemudian, hal yang sama terjadi di Winston-Salem, North Carolina.
Pada 6 September, media lokal di Greensboro, North Carolina, melaporkan berita tentang orang yang dikejar oleh "Orang yang mengenakan topeng badut menakutkan, wig keriting merah, kemeja bertitik kuning, celana badut biru, dan sepatu badut" dan membawa senjata tajam.
Teror dari para badut menyeramkan ini diungkap melalui foto dan video di YouTube. Ada yang merekamnya saat siang hari, tetapi lebih banyak yang merekam pada malam hari. Semua video itu menunjukkan adegan badut mengejar dan berakhir dengan kondisi si perekam lari terbirit-birit tanpa memperlihatkan akhir dari cerita mereka.
Teror badut kemudian menyebarkan hingga negara lain. Dikutip dari CNN Indonesia bahwa pada Oktober 2016, badut-badut itu "gentayangan" ke negara lain. Laporan serupa terdengar di Edmonton (Kanada), Melbourne (Australia), dan Sheffield (Inggris). Beberapa media massa setempat menyebutnya "clown panic" 2016.
Mengapa badut yang terasosiasi dengan kelucuan dapat menimbulkan rasa takut?
Dikutip dari Dokter Sehat, sebuah penelitian dilakukan oleh psikolog bernama Frank McAndrew dan Cornelia Dudley yang berasal dari Knox College, Illinois, Amerika Serikat. Keduanya berusaha mencari tahu alasan tentang mengapa banyak orang yang takut dengan badut
McAndrew dan Dudley kemudian meminta 1.341 partisipan dengan rentang usia 18 hingga 77 tahun untuk mengisi survei tentang apa saja yang mereka takutkan dalam hidup. Dari hasil pengisian survei ini, diketahui bahwa ada 44 perilaku yang dianggap menakutkan, di antaranya adalah perilaku yang tidak bisa diprediksi, melakukan kontak mata yang dianggap aneh, adanya tato yang terlihat jelas, hingga seseorang yang melakukan sesuatu hal tanpa banyak berbicara.
Setelah survei pertama dilakukan, para partisipan pun diminta untuk melakukan survei kedua untuk menilai 21 jenis profesi yang dianggap menakutkan. Hasilnya sangat menarik; badut ternyata dianggap sebagai profesi yang kerap membuat orang ketakutan. Banyak partisipan yang menyebutkan jika sosok badut yang aneh dengan dandanan yang tidak biasa membuat mereka ketakutan.
Senada dengan penelitian tersebut, Rami Nader, Ph.D., psikolog dan direktur North Shore Stress and Anxiety Clinic in North Vancouver, British Columbia, mengatakan bahwa alasan utama dari orang yang takut dengan badut adalah karena mereka tahu bahwa badut adalah orang yang menyamar. Kita tidak benar-benar tahu seperti apa perilaku atau sikap asli dibalik kostum dan dandanan badut ini sehingga menimbulkan rasa khawatir dan takut padanya.
“Alasan utama kita takut oleh badut adalah karena kita memang tidak bisa mempercayai mereka dan itu wajar,” kata Rami Nader, Ph.D.
"Mereka berkostum besar, wajah buatan dengan senyum lebar yang aneh, yang Anda tahu bahwa senyum itu tidak benar-benar mewakili perasaan sang pemakai kostum badut. Pada intinya, Anda tahu bahwa badut berbohong pada Anda secara penampilan."
Menurut McAndrew, "Orang takut badut karena mereka begitu misterius. Tidak seperti vampir dan hantu, badut benar-benar ada dalam kehidupan kita dan mungkin bisa menyebabkan masalah bagi Anda.”
Perilaku badut umumnya juga membuat banyak orang merasa tidak nyaman dan hilang kepercayaan, seperti menyemprotkan orang dengan air atau menunjukkan gestur yang aneh, sehingga dapat menyebabkan ketakutan dan kecemasan.
Badut dan Budaya
Penggambaran badut dalam budaya pop juga dapat mengubah pandangan orang tentang badut untuk selamanya. Di Amerika Serikat, penampakan badut di jalan bukan pertama kali terjadi. Ben Radford, penulis buku Bad Clowns (2015) yang menulis sejarah badut dalam budaya populer, mencatat penampakan badut-badut di jalan AS sempat terjadi di Amerika pada 1980 dan 2013.
"Badut selalu menjadi karakter ambigu. Badut tidak pernah benar-benar baik, sehingga tidak akurat untuk menanyakan kapan badut berubah jahat. Mereka tidak pernah mengklaim untuk menjadi baik," tulis Radford, seperti dikutip dari The Guardian.
Badut kadang digambarkan sebagai sosok baik hati dalam iklan burger atau pesta ulang tahun, ketika Charlie Chaplin mengambilalih bioskop pun badut terlihat bagai sosok kocak nan ceria, tetapi kadang ia digambarkan jahat. Karakter Joker di kisah fiksi Batman diperlihatkan gembira merayakan anarkisme di Kota Gotham.
Dualitas pada karakter badut ini sekarang sedang menjadi pembicaraan di media massa Barat yang turut menelusuri asal-usul badut dari sejarah budaya populer.
Selain dualisme karakter (baik dan jahat), badut juga sempat digambarkan sebagai kesedihan pada abad ke-19. Karakter badut sering dimainkan ceria di atas panggung teater, tetapi ceritanya menggarisbawahi realitas kesedihan mereka di dunia nyata. Insiden kejahatan berkedok badut kemudian semakin mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap sosok badut.
Komentar
Posting Komentar